LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASKEP PASIEN TBC
A.
Pengertian
Tuberculosis
adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic
dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit (Silvia A
Price, 2005).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang
parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis
(Smeltzer &
Bare, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yaitu suatu
bakteri
yang tahan
asam
(Suriadi,
2001).
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang
tahan asam yang
menyerang
parenkim paru atau
bagian
lain dari tubuh manusia.
Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan
kelainan
klinis, radiologist dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas
tuberculosis
3. Tuberkulosis paru
tersangka yang terbagi
dalam
:
a. TB paru tersangka yang diobati
( sputum BTA negatif,
tapi tanda – tanda lain
positif )TB paru tersangka yang tidak dapat diobati
( sputum BTA negatif dan tanda –
tanda lain meragukan
)
B. Anatomi
dan Fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi
Sistem Penafasan
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru
mengisi
rongga dada, terletak
di
sebelah kanan dan
kiri dan
di
tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh
darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum.
Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua
struktur
toraks kecuali paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang
disebut pleura yang
juga
meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan
superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru.
Antara kedua
pleura ini terdapat ruang yang
disebut spasium pleura yang mengandung
sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan
keduanya bergeser dengan
bebas selama ventilasi.
Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus
atas dan bawah. Sementara
paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan
oleh fisurel yang merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa
divisi-divisi bronkus.
Pertama adalah bronkus lobaris (tiga
pada paru kanan dan pada
paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus
segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada
paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini
dikelilingi
oleh jaringan ikat
yang memiliki
arteri,
limfotik dan
syaraf.
Bronkus
subsegmental
membantu percabangan menjadi bronkiolus.
Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan
nafas. Bronkus dan bronkiolus
juga dilapisi sel-sel
yang permukaannya dilapisi oleh silia
dan
berfungsi untuk mengeluarkan lendir
dan benda asing menjauhi paru-paru menuju
laring. Bronkiolus
kemudian membentuk
percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar
lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran transisional
antara kalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalam alveoli.
Paru terbentuk oleh sekitar
300 juta alveoli. Terdapat tiga
jenis sel-sel
alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding
alveolar. Sel-sel alveolar
tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik,
mensekresi sufraktan, suatu
fostolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).
C. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai 4
mycron
dan bersifat
anaerob. Sifat ini
yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, sehingga
paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit
tuberculosis. Kuman ini
juga
terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan
fisik. Penyebaran mycobacterium
tuberculosis yaitu
melalui droplet
nukles, kemudian dihirup oleh
manusia dan menginfeksi (Depkes RI, 2002).
D. Patofisiologi
Tempat
masuk kuman mycobacterium
adalah saluran pernafasan,
infeksi tuberculosis terjadi melalui
(airborn) yaitu melalui instalasi
dropet yang
mengandung kuman-kuman
basil
tuberkel yang
berasal
dari
orang yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang
cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan
tidak menyebabkan
penyakit.
Setelah berada
dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau
paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan
memfagosit namun
tidak membunuh organisme tersebut.
Setelah
hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat
juga berjalan
terus
dan bakteri terus
difagosit atau berkembang biak,
dalam
sel basil juga
menyebar melalui
gestasi bening
reginal.
Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi
lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit, nekrosis bagian
sentral lesi yang memberikan gambaran yang
relatif
padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora
dan
jaringan granulasi di
sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih
fibrasi membentuk
jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar
getah
bening regional dari lesi
primer
dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang
dapat terjadi pada
daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bahan cairan lepas ke
dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini
dapat terulang
kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa
pengobatan dengan
meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga akvitasi penuh dengan bahan perkijuan
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal
peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah
bening atau pembuluh
darah. Organisme
atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ
lain. Jenis penyebaran
ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri,
penyebaran
ini terjadi apabila
fokus nekrotik merusak
pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk
ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson,
2005)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam
(2006) dapat bermacam-macam
antara lain :
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan
berat
ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai
dari
batuk kering (non produktif).
Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan
yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk
darah pada TBC terjadi
pada dinding
bronkus.
3. Sesak nafas
Pada
gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada
penyakit
yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian
paru-paru.
4. Nyeri
dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala
ini akan jarang ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan anoreksia, berat
badan
makin
menurun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala
semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak
teratur.
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Pemeriksaan kontak, yaitu
pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita tuberculosis
paru BTA positif.
b.
Mass chest X-ray, yaitu
pemeriksaan missal
terhadap
kelompok – kelompok populasi tertentu
misalnya : karyawan rumah
sakit, siswa – siswi pesantren.
c. Vaksinasi BCG
d.
Kemofolaksis dengan menggunakan INH
5 mg/kgBB selama 6 – 12 bulan dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit.
e. Komunikasi, informasi, dan
edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat.
2.
Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama
dengan agen kemoterapi ( agen antituberkulosis ) selama periode
6 sampai 12 bulan. Lima
medikasi garis depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ), Streptomisin
( SM
), Etambutol ( EMB
),
dan Pirazinamid ( PZA ). Kapremiosin, kanamisin,
etionamid, natrium para-aminosilat,
amikasin, dan siklisin merupakan
obat
– obat baris kedua (Smeltzer & Bare,
2001).
G. Komplikasi
Menurut
Suriadi (2006) kompliki dari
TB Paru antara lain
:
1. Meningitisas
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
H. Pengkajian Fokus
Pengkajian tergantung pada tahap
penyakit
dan derajat yang terkena
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala :
kelelahan umum dan
kelemahan,
mimpi
buruk, nafas
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat.
Tanda :
takikardia. takipnea/dispnea pada kerja,
kelelahan otot, nyeri dan
sesak
(tahap lanjut).
2. Integritas EGO
Gejala :
adanya faktor
stress
lama,
masalah
keuangan rumah,
perasaan tidak berdaya/tidak ada
harapan. Populasi
budaya/etnik,
missal orang Amerika asli atau imigran dari
Asia
Tenggara/benua lain.
Tanda :
menyangkal (khususnya selama tahap dini)
ansietas ketakutan,
mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Gejala :
kehilangan nafsu
makan.
tidak dapat mencerna
penurunan berat
badan.
Tanda :
turgor kulit buruk, kering/kulit
bersisik, kehilangan otot/hilang lemak
subkutan.
4. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
nyeri dada meningkat
karena batuk berulang.
Tanda
:
berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi,
gelisah
5. Pernafasan
Gejala
: batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat
tuberculosis terpajan
pada individu
terinfeksi.
Tanda :
peningkatan frekuensi pernafasan
(penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan tidak
simetri (effuse pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural atau penebalan
pleural bunyi
nafas
menurun/tidak ada
secara bilateral atau unilateral efusi pleural/pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan
bisikan pectoral di atas lesi
luas, krekels
tercabut di atas aspek paru
selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum:
hijau,
puluren, muloid
kuning atau bercak
darah
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
6. Keamanan
Gejala :
adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS, kanker. Tes
111V positif.
Tanda
:
demam rendah atau
sedikit panas akut.
7. Interaksi sosial
Gejala
: perasaan
isolasi/penolakan
karena penyakit menular, perubahan
bisa dalam
tanggungjawab/perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
I.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang pada pasien
tuberculosis paru yaitu:
a.Kultur sputum: positif untuk
mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit.
b.Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif
(area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif.
d Elisa/Wostern Blot:
dapat
menyatakan adanya HIV.
e.Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi
awal pada
area paru atas simpangan kalsium
lesi sembuh primer atau effuse cairan.
f. Histologi atau kultur
jaringan paru: positif untuk
mycobacterium tuberculosis,
g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis,
h.Nektrolit:
dapat
tidak normal
tergantung pada lokasi
dan beratnya
infeksi.
i.
GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
j.Pemeriksaan
fungsi paru: penurunan
kapasitas vital, peningkatan
ruang
mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total
J.
Diagnosa Keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk
buruk
2.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kekurangan
upaya batuk
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efek paru. Kerusakan membran
di alveolar, kapiler,
sekret kevtal dan tebal
4. Peningkatan
suhu tubuh berhubungan
dengan proses
peradangan
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia.
6.
Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan batuk
7. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
keletihan
dan
inadekuat oksigenasi untuk aktivitas
8. Kurang pengetahuan
mengenai kondisi aturan tindakan dan pencegahan berhubungan
dengan
jalan interpretasi
inibrasi,
keterbatasan
kognitif
9.
Resiko tinggi infeksi terhadap penyebaran
berhubungan dengan pertahan primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses inflamasi,malnutri
Kuisener keperawatan keluarga
Prodi si keperawatan stik Avicenna
1.
pengkajian
A. Pengkajian yang berhubungan dengan
keluarga
1. Data
Umum
a.
Nama Kepala Keluarga : Ny. S
b.
Alamat : Desa Wonua, Dusun 1, Rt 1
c.
Usia : 76 Thn
d.
Pekerjaan : Tani
e.
Pendidikan :
f.
Komposisi :
No
|
Nama
Anggota
Keluarga
|
Hub.
Keluarga
|
L/
P
|
Umur
(Th)
|
Pendi-dikan
|
Agama
|
pekerjaan
|
Imuni-sasi
|
Kead.kesehata
|
KB
|
1
|
Ny.S
|
Ibu
|
P
|
53
|
SD
|
Islam
|
Tani
|
-
|
Kurang sehat
|
-
|
1) Tipe
keluarga
Keluarga Ny. S
adalah single parent
2) Tahap
perkembangan keluarga
Tahap perkembangan Keluarga Keluarga
Ny. S termasuk dalam tahap lansia
3) Tugas
keluarga yang belum terpenuhi
Ny.s sudah memenuhi tugas keluarga Pengkajian
biologis
a) Keadaan
kesehatan
Semua anggota keluarga keadaan kesehatannya
baik kecuali Keluarga Ny.
S
b) Kebersihan
keluarga
bersih
c) Penyakit
yang sering di derita
Tidak ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Penyakit
kronis/menular
Tbc
e) Kecacatan
anggota keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami kecacatan
f) Pola
makan
3 kali sehari
g) Pola
istirahat
(1) Siang
satu kali sehari
(2) Malam
cukup
h) Reproduksi/akseptor
Ny.
S tidak Memakai
alat
kontrasepsi
i)
Koping keluarga
Koping keluarga Ny. S baik
j)
Kebiasaan buruk
Keluarga Ny. S
tidak mempunyai kebiasaan buruk
k) Rekreasi
Keluarga Ny. S
jarang melakukan rekreasi
l)
Pola komunikasi
keluarga
Keluarga Ny. S
memiliki komunikasi keluarga yang baik
m) Pengambilan
keputusan
Pengambilan keputusan di dalam keluarga Ny. S adalah Ny. S sendiri
n) Peran
informal
Keluarga Ny. S
Jadi kepala keluarga
4) Sosial
ekonomi keluarga
a) Hubungan
dengan orang lain
baik
b) Kegiatan
organisasi sosial
Tidak ada
c) Keadaan
ekonomi
Keluarga Ny. S
memiliki keadaan ekonomi cukup
5) Spiritual
kultural keluarga
a) Ketaatan
ibadah
Keluarga Ny. S
memiliki ketaatan ibadah baik
b) Keyakinan
tentang kesehatan
baik
c) Nilai
dan norma
Di jawa
d) Adat
yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada
6) Lingkungan
rumah
a) Kebersihan dan kerapihan
Keluarga Ny. S
memiliki lingkungan rumah bersih
b) Penerangan
1) Pagi
hari cukup
2) Pada
siang hari cukup
3) Pada
malam hari cukup
c) Ventilasi
-cukup
d) Jamban
-ada
e) Sumber
air minum
-dari sumur gali
f) Pemanfaatan
Halaman
-ada
g) Pembuangan
Air Kotor
-ada
h) Pembuangan
sampah
-ada
i)
Sumber air pencemaran
-tidak ada
j)
Tipe rumah
-Semi
Permanen
k) Status
kepemilikan
-Milik
sendiri
a.
Pengkajian Keluarga
No
|
DATA
|
NY. S
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Keadaan umum:
- Penampilan
- BB
- TB
|
- Rapi
- 38 Kg
- 140 Cm
|
2
|
TTV
- Nadi
- Respirasi
- Suhu
- TD
|
- 84 ×/menit
- 16
- 36,6˚c
- 130/80
MmHg
|
3
|
Kepala:
- Bentuk
- Rambut
- Kulit
kepala
|
- Bulat
- Bersih
- Bersih
|
4
|
Mata:
- Sclera
- Konjung-tiva
- Palpebra
- Fungsi
|
- normal
- Merah
muda
- Normal
- Normal
|
5
|
Telinga:
- Bentuk
- Keadaan
- Fungsi
|
- normal
- baik
- normal
|
6
|
Hidung
- bentuk
- keadaan
- fungsi
|
- normal
- baik
- normal
|
7
|
Mulut :
- gigi
- fungsi
menelan
|
- utuh
- baik
|
8
|
Leher
- peningkatan
JVP
|
- Tidak
ada
|
9
|
Dada:
- bentuk
- nyeri
tekan
|
- simetris
- tidak
ada
|
11
|
Ekstremitas
-
Oedema
- Kotrak-tur
|
- Tidak
ada
- Tidak
ada
|
12
|
Integumen:
- Turgor
- Keadaan
- Kuku
|
- Elastis
- Normal
|
b.
Status
kesehatan individu
1) Catatan
Status Kesehatan Individu
Puskesmas :
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 76 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
pekerjaan : Petani
Alamat : Desa wonua dusun 1, Rt 1
2)
Alasan ke Puskesmas : Batuk Disertai Darah
3)
Riwayat kesehatan
a)
Masalah kesehatan yang
perna di alami
Ny.
S mengatakan tidak pernah mengalami masalah
kesehatan
b)
Masalah kesehatan
sekarang
Ny.
S mengatakan sakit yang
dialaminya sekarang adalah Tbc
c)
Masalah kesehatan masa
lalu
Ny.S mengatakan masalah
kesehatan yang lalu adalah Batuk -
Batuk
d)
Masalah kesehatan
keluarga (turunan)
Ny.S mengatakan tidak ada
kesehatan keluarga atau masalah
kesehatan turunan
4)
Kebiasaan sehari-hari
a)
Biologis
(1)
Pola Makan
(a)
Frekuensi : 3 × sehari
(b)
Jenis : Nasi, sayur,ikan, Tempe, Tahu
(c)
Porsi : 1 porsi
(2)
Pola minum
(a)
Frekuensi : 2 gelas
(b)
Jenis : Air putih
(3)
Pola Tidur
(a)
Siang : Ny. S mengatakan jarang
tidur siang
(b)
Malam : Ny. S mengatakan jam 10 malam tidur
(4)
Pola eleminasi
(a)
BAK : - + 4 × sehari
(Warna kuning)
(b)
BAB : 1 × sehari
(5)
Aktivitas Sehari-hari
Rekreasi
Ny.S
mengatakan Jarang
pergi rekreasi
(6)
Kebiasaan buruk
b)
Psikologis
Psikologis
Ny.S baik
c)
Sosial
Sosial
Ny. S baik
(1)
Hubungan Antar Keluarga
baik
(2)
Hubungan Dengan Orang
Lain
Baik
d)
Spiritual
(1)
Pelaksanaan Ibadah : S mengatakan taat
beribadah
(2)
Keyakinan Tentang
Kesehatan : Ny. S
mengatakan yakin terhadap kesehaatan
5)
Pemeriksaan Fisik
a)
Tanda-tanda vital
-
Keadaan umum : Baik
-
Kesadaran : Baik
-
Tekanan darah : 120/80
-
Nadi : 68
-
Respirasi : 16
-
Suhu :36.6˚C
-
BB yang lalu : 36
-
BB Sekarang :
38
-
TB :163 cm
b)
Pemeriksaan persistem
(1)
Sistem Respirasi
Normal
(2)
Sistem Kardiovaskuler
Normal
(3)
Sistem Pencernaan
Normal
(4)
Sistem urinaria
Normal
(5)
Sistem Persyarafan
Kurang
baik
(6)
Sistem Integumen
keriput
(7)
Sistem Muskuloskeletal
Baik
c) Genogram
Keterangan :
= = laki-laki
= Perempuan
= Tinggal serumah
d) Denah
rumah
WC
WC
|
WC
WC
|
DAPUR
|
RUANG TENGAH
RUANG TAMU
r
RUANG TAMU
|
Ø
KAMAR
|
B S
KAMAR
|
= Pintu
a.
Pengkajian
Keluarga Mandiri
Tggl
|
Masalah
Kesehatan
|
Masalah
Keperawatan
|
Keluarga
Mandiri
|
Kesimpulan
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Analisa
Data
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
DS:
-
Ny.S mengatakan pada
saat batuk ada pengeluaran dahak dan dahaknya kental berwarna kuning
-
DO:
-
TD 120/80
|
|
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk
buruk
|
DS:
-
Ny.S mengatakan lemas dan
aktifitas yang ingin dia lakukansangat menggaanggunya
DO:
-
Ny.S nampak lemas
|
|
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan in adekuat
oksigenasi untuk
aktivitas
|
c.
Skoring
a. 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk
buruk
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat masalah Skala : actual
|
3
|
1
|
3/3x1= 1
|
Masalah sudah terjadi Ny.S dengan Tbc
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
|
2
|
2
|
2/2x2= 2
|
Masalah mudah diubah apabila
keluarga melakukan perawatan.
|
3.
|
Potensi masalah dapat dicegah :
cukup
|
2
|
1
|
2/3x1= 2/3
|
Masalah mudah dicegah apabila
keluarga melakukan tindakan.
|
4.
|
Menonjolnya masalah Skala :
masalah berat
harus segera di tangani
|
2
|
1
|
2/2x1= 1
|
Masalah yang di alami Ny.S harus
segera di tangani sebelum masalah menjadi lebih berat
|
Jumlah
|
42/3
|
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigenasi untuk aktivitas
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Nilai
|
Pembenaran
|
1.
|
Kriteria sifat masalah : resiko
|
3
|
1
|
3/3x1= 1
|
Masalah sudah terjadi dan penyaki
yg di alami sangat mengganggunya
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
: mudah
|
2
|
2
|
2/2x2= 2
|
Keluarga mampu memberikan asupan
cairan yang dibutuhkan.
|
3.
|
Potensi masalah dapat dicegah : cukup
|
3
|
1
|
3/3x1= 1
|
Masalah dapat dicegah karena keluarga
mampu melakukan pengobatan secara rutinkhususnya pada Ny.S
|
4.
|
Menonjolnya masalah Skala :
masalah tidak dirasakan
|
2
|
1
|
2/2x1= 1
|
Masalah harus segera ditangani
karena beresiko menularkan pada anggota keluarga yang lain..
|
Jumlah
|
5
|
b.
Diagnosa
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan sekret kental, kelemahan upaya batuk
buruk
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat
oksigenasi untuk aktivitas
c.
Rencana
Asuhan Keperawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar